PANDANGAN ISLAM DALAM TERJADINYA FENOMENA GERHANA MATAHARI DAN BULAN
Oleh:
Lina Asriyah
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan
allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang.
Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada allah, bertakbirlah,
kerjakanlah shalat dan bersedakahlah.”(HR.Bukhari Muslim).
Gerhana matahari adalah
fenomena alam yang menarik untuk diamati. Secara umum, fenomena gerhana
matahari adalah sebuah peristiwa antariksa tertutupnya sebagian atau seluruhnya
dari matahari. Gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat dijelaskan
dalam dua pandangan yakni Islam dan Sains.
Dalam bahasa Arab, gerhana
dikenal dengan istilah kusuf dan khusuf. Istilah kusuf ditujukan pada gerhana
matahari sedangkan khusuf untuk gerhana bulan. Secara sederhana, gerhana
matahari atau kusuf merupakan peristiwa tertutupnya sinar matahari oleh bulan
sehingga matahari tidak tampak dari bumi. Sedangkan gerhana bulan atau khusuf
adalah peristiwa saat sebagian atau keseluruhan wajah bulan dalam fase purnama
tertutup oleh bayangan bumi.
Gerhana dalam Pandangan
Islam
Dilansir dari
Republika.co.id, pada masa Nabi Muhammad fenomena ini pernah terjadi. Namun,
pada saat itu, banyak orang yang menghubungkan fenomena alam dengan mitos atau
legenda. Misal, peristiwa ini terjadi karena kematian Nabi Ibrahim. Dalam
mengatasi masalah ini, Rasulullah memberikan penjelasan dalam salah satu
haditsnya.
“Matahari dan bulan adalah sebagian dari tanda-tanda
Allah SWT yang tidak terjadi gerhana untuk kematian atau kehidupan seseorang,”
(HR Bukhari dan Muslim).
Bagi sebagian orang, fenomena
gerhana matahari dan bulan hanya kejadian astronomi saja yang acapkali menjadi
tontonan ramai-ramai. Namun bagi orang beriman, fenomena gerhana adalah bukti
kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
Dalam Jurnal
Pemikiran dan Kebudayaan Islam yang ditulis Qomaruz Zaman disebutkan
bahwa gerhana adalah peristiwa penting yang secara gamblang menunjukkan bahwa
ada kekuatan Yang Maha Agung di luar batas kemampuan manusia.
Peristiwa gerhana sejatinya
membuat seorang hamba merasa rendah di hadapan Sang Pencipta. Dalam QS
Fushshilat ayat 37, Allah SWT berfirman,
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا
لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Artinya: “Dan sebagian dari tanda-tanda
kebesaran-Nya ialah malam, siang, mata-hari dan bulan. Janganlah bersujud
kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah
yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Ayat
Al-Qur’an terkait dapat dilihat di sini).