Tuesday, March 6, 2012

Psikologi Keluarga: Analisis Contoh Kasus Penyelesaian Konflik Berdasarkan 5 Gaya Resolusi.


 
  1. Avoidance Style
    1. Contoh Kasus: Hasyim dan Irul adalah sepasang suami istri yang telah menjalani pernikahan selama 5 tahun lebih dan dikaruniai seorang putra dan dua putri yang masih anak-anak semua. Pada suatu hari Hasim (suami) sedang bertentangan pendapat dengan Irul (istri) di ruang tamu mengenai warna cat yang akan dikenakan untuk rumahnya pada hari raya idul fitri. Perbedaan pendapat itu berlanjut ke perdebatan kecil, akhirnya Hasim mencoba pergi dari ruangan itu untuk merokok sambil menikmati indahnya alam. Pada saat itu Irul sangat jengkel dengan Hasim karena perdebatan yang mereka lakukan justru diacuhkan begitu saja oleh suaminya. Irul menginginkan agar masalah itu segera selesai dengan dibicarakan berdua, akan tetapi Hasim meimilih untuk meninggalkan istrinya dengan cara merokok. Melihat hal itu, Irul sangat marah besar dan kecewa karena sebagai suami, Hasim bukan malah berusaha mengadem-ademkan hati istri yang sedang memuncak dan berusaha menyelsaiakan maslah, justru hasim pergi begitu saja. Akhirnya masalah kecil tentang cat tersebut justru berubah menjadi besar karena ketambahan rokok dan mengungkit-ungkit kontribusi suami selama pernikahan mereka.
    2. Analisa : konflik yang mereka hadapi sebenarnya sangat kecil dan hanya membutuhkan saling pengertian dan penerimaan satu sama lain, akan tetapi suami dalam hal ini Hasim malah memilih untuk mengalihkan perdebatan/konflik/masalah tersebut dengan masalah pula yaitu rokok. Meskipun sebenarnya dengan mengalihkan itu ada waktu buat mereka berdua untuk berfikir, namun justru masalah tidak selesai dan bahkan timbul konflik baru karena Hasim seakan-akan tidak peduli dengan permasalahan tersebut, istilahnya lempar batu sembunyi tangan. Sehingga konfilik ini termasuk dalam Avoidance Style dengan berbagai penjelsan tersebut di atas.
  2. Competitive Style
    1. Ayu dan Junaidi adalah pasutri yang telah 6 tahun menjalani pernikahan. Junaidi bekerja sebagai Dosen dan Ayu hanya duduk manis di rumah untuk mengurus anak. Suatu hari Ayu meminta izin pada Junaidi untuk ikut kegiatan PKK di luar kota yang juga membutuhkan biaya lumaya banyak. Mendengar hal itu Junaidi langsung menolak dan marah karena jika istrinya ke luar kota siapa yang megurus anak. “Pokoknya kamu gak boleh ikut. Titik. Ngurus anak di rumah saja gak becus mau kelayapan gak jelas. Apalagi nanti butuh uang banyak kalau ke sana. Kamu gak punya hak apapun untuk pergi karena yang memegang kendali semua keuangan adalah aku, kamu harus nurut padaku, sudah untung kamu jadi istriku bias hidup mewah kalau tidak kamu bakal kelaparan di luar sana,” ungkap keras Junaidi tepat di muka Ayu.
    2. Kasus di atas menunjukkan kesewenang-wenangan suami ats istri. Suami menggunakan otoritasnya dan kemamapuannya dalam segi financial dan derajat social. Junaidi sangat agresif sekali saat mendengar penjelasan istrinya karena bertentangan dengan hati suami. Suami tidak mau memahami keinginan istri sedikitpun dan tidak memiliki celah bagi istri untuk mengembangakan dunia sosialnya, sehingga gaya konflik yang mereka hadapi merupakan Competitive Style.
  3. Acomodating Style
    1. Contoh dengan percakapan
Suami:
Ma, liburan kali ini kita pergi ke Paris yuk
Istri:
aduh pa jangan ke Paris, mending uangnya kita tabung buat pergi haji tahun depan
Suami:
Ma, kita kan bisa nabung lagi setelah itu buat ke Mekkah. Lagian kita kan masih muda, nnati hajinya nunggu usia 50 an aja.
Istri:
Tapi kalau umur kita gak nyampek 50 terus bagaimana? Mending kita dahulukan yang wajib dari pada yang mubah.
Suami:
Aduh mama ini sok agamis banget deh, urusan haji nanti lah ma. Mama nurut aja deh sama papa.
Istri:
Ya sudah kalau begitu, yang penting papa seneng aja, untuk haji difikirkan nanti-nanti saja lagi.

    1. Analisa: konflik yang mereka hadapi tidak terlalu besar. Di sini istri bisa berperan bijak dan menerima pendapat suaminya meski sebenarnya ia ingin sekali haji karena wajib hukumnya bagi yang mampu. Karena suami ngotot maka si istri berusaha untuk mengalah saja dan mengesampingkan keinginan dirinya untuk suaminya. Gaya yang diterapkan istri adalah Acomodating Style
  1. Collaborative Style
    1. HMJ syari’ah hendak mengadakan Tour di Jogja, Basyir mengusulkan perincian 5 tempat yang akan dikunjungi yaitu UMS, UGM, Malioboro, Parang Tritis dan Borobudur. Namun Nurul menolak perincian tersebut, ia punya ide lain yakni ke Solo Pos, UMY, Kali Urang, Malioboro dan Prambanan. Perdebatan mereka benanr-benar kuat karena sudah disertai argument-argumen demi kemajuan HMJ Syari’ah. Namun, lama sekali dua kubu ini tidak bisa disatukan. Nurul sebagai ketua HMJ merasa dia lebih punya kekuasaan, tapi dia juga tidak enak kalau mengunggul-unggulkan kekuasaanya. Karena lelah mempertahankan argument, akhirnya Nuru sebagi ketua HMJ mengambil kebijakan untuk menggabungkan dua pendapat tersebut dengan mengambil bagina yang paling penting. Yakni ke Solo Pos, UMS, Malioboro, Prambanan dan Parang tritis.
    2. Gaya Collaborative style yang pakai Nurul ini cukup melelahkan karena lama sekali dengan pertimbangan sama pentingnya. Namun, dengan kekuasannya Nurul bisa lebih bijak mengambil pendapat dengan mengkolaborasikan dua argument tersebut untuk mencapai hasil maksimal meski dengan penuh kelelahan. Sebab nurul tidak mengabaikan pendapat orang lain, tapi dia juga tidak meniadakan pendapatnya sendiri.
  2. Compromise Style
    1. Suatu ketika dalam sebuah forum, Isna memunculkan argumennya untuk mendatangkan Habibur Rahman dan Pradana Boy sebagi pembandingnya dalam acara pelatihan jurnalistik HMJ Syari’ah. Namun, Rukaida punya argument lain yakni mendatangkan Burhan Shodiq dengan alasan dana yang dimiliki hanya sedikit, mengingat Rukaida sebagi Sie penggalian dana tidak sanggup untuk mencari dana sebanyak itu. Hal ini sempat terjadi perdebatan kecil. Namun akhirnya bis aditepis dengan pernyataan isna, “Bagaimana kalau kita tetap hadirkan HAbibur Rahman tetapi nanti sie pendanaan akan dibantu sie-sie yang lain untuk keliling cari dana, aku juga akna ikut bantu kalian. Masalah dan nnati aku juga akan ikut nyumbang. Bagaimana?” ujar Isna.
    2. Gaya yang dilakukan oleh Isna dalam menyelesaikan konflik adalah dengan cara berkkompromi dengan Rukaida mengenai keinginan mereka berdua. Meski akhirnya bisa selesai namun, belum tentu keputusan Isna tersebut bisa berhasil sebab menggali dana itu perlu keja ekstra apalagi mendatangkan penulis ternama seperti Habib. Namun meskipun begitu konflik bisa selesai dengan Compromise Style.




3 comments:

  1. beh tulisanmu mantap
    eh boleh ya aku buat referensi tulisamu nin

    ReplyDelete
  2. wah mantep banget kalau punya istri kayak gitu ..selalu mengingat kan terhadap akhirat ..

    ReplyDelete

setelah selesai membaca tolong dikomentari yah..... makasih