Karya

Memaknakan Ramadhan Sebagai Lahan Belajar Empati

 ( http://edupedia.koranpendidikan.com/view/4714/memaknakan-ramadhan-sebagai-lahan-belajar-empati.html )

Rabu, 24 Juli 2013 13:55:50  •  Oleh : redaksi  •    Dibaca : 77

Ramadhan, bulan penuh kemuliaan dan berkah yang setiap tahun dinanti-nanti kedatangannya oleh sebagian besar manusia, khususnya umat Islam, kini telah menyapa. Berbagai aktivitas ibadah mulai terlihat meningkat dan segala bentuk kemunkaran mulai diinggalkan demi mendapat titik ketaqwaan dan berkah dari Sang Pemilik nyawa. Bahkan di berbagai media massa seperti televisi (TV) juga menyajikan acara yang bisa dibilang dapat memupuk semangat berpuasa dan beramal ibadah lainnya.
Sebagaimana telah terdengar di mana-mana bahwa puasa memiliki banyak hikmah baik sosial, ekonomi dan kesehatan bagi umat manusia pada umunya. Tulisan ini akan membahas terkait hikmah dan dampak sosial dari puasa khususnya pada anak-anak. Saat ini banyak anak-anak yang sudah rajin menjalankan puasa, meski usianya belum bisa dikatakan balig. Kebanyakan dari mereka menjalankan puasa hanya karena ikut-ikutan orang tua dan saudara saja, karena tahu bahwa puasa itu wajib. Tidak hanya anak yang belum balig saja, akan tetapi banyak juga para dewasa yang menjalankan puasa hanya karena faktor di atas semata.

Belajar Empati dan Belajar Rajin Ibadah
Nah, pada momen Ramadhan inilah saatnya kita menyadarkan pada diri kita sendiri, anak-anak dan keluarga kita bahwa sesungguhnya ada sisi sosial yang amat penting untuk dimaknai dalam menjalankan ibadah puasa. Salah satu di antaranya adalah pendidikan empati pada sesama. Persoalan ini dapat terlihat dalam beberapa hal. Pertama, dengan puasa kita dapat merasakan kondisi tubuh kita saat lapar dan dahaga. Pelajaran empati yang bisa dinukil adalah kita dapat merasakan hal sama yang dirasakan para fakir miskin. Betapa mereka kelaparan dan kehausan, tidak ada sepeserpun uang yang digunakan untuk maka. Bahkan terkadang hanya sekali sehari saja mereka bisa menyantap makanan. Jika pelajaran ini bisa diambil, maka anak-anak dan keluarga kita bisa jadi akan lebih dermawan dan tidak menyia-nyiakan makanan karena terlalu berlebihan.
Kedua, puasa mendidik kita untuk lebih berbakti pada Sang Pencipta. Bagaimana tidak, filosofinya kebanyakan orang akan mendekat pada Tuhannya pada kondisi kemelaratan seperti kelaparan  dan kehausan. Sehingga yang diingat hanyalah Tuhannya semata. Namun tidak menutup kemungkinan banyak pula orang yang berpuasa tetapi tidak merasakan manisnya dekat dengan Tuhan. Persoalan ini bisa diatasi hanya dengan meluruskan niat awal kembali dan menelaah makna puasa sesungguhnya.
Ketiga, Puasa akan membiasakan diri untuk berlomba-lomba meraih kemuliaan di sisi Allah. Seperti dengan banyak beribadah sunnah, gemar memberi terutama memberi makan buka bagi orang yang puasa. Sebagaimana hadis nabi, “Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” Poin ketiga ini sebenarnya ada hubungannya dengan poin pertama yakni pendidikan empati pada kaum fakir miskin dan yatim. Dengan memberikan hidangan saja, maka kita akan memperoleh pahala puasa mereka yang kita beri. Sehingga pelajaran ini sangat bagus ketika diajarkan pada anak-anak supaya tidak sia-sia belaka apa yang dilakukan mereka. Serta anak-anak akan lebih paham makna puasa sesungguhnya.
Keempat, puasa merupakan pendidikan intropeksi diri. Dengan pahala-pahala yang diiming-imingkan bagi orang yang berpuasa, orang akan segan melakukan semua ibadah yang bisa menambah rating pahalanya. Bahkan ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa tidak sedikit orang berpuasa dan beribadah rajin akan tetapi tidak mendapat pahala sama sekali dari puasa mereka kecuali hanya capek, lapar dan dahaga saja. Persoalan yang menggugurkan pahala tersebut di antaranya banyak menggibah, marah-marah dan riya’. Hal ini sesungguhnya penting juga untuk diajarkan pada anak-anak.
Akhirnya, pada momen Ramadhan ini semoga banyak pelajaran yang bisa kita teladani. Tidak banyak yang bisa penulis sampaikan dalam tulisan ini karena telah banyak dibahas di mana-mana dan bahkan pembaca juga banyak yang lebih hafal. Akhirnya tulisan ini semoga bisa menyadarkan kita kembali akan ber-empati terhadap sesama, terutama pada kaum dhu’afa serta menjadikan pelajaran agar kita semua terbiasa menjalankan ibadah baik wajib maupun sunnah lainnya.(*)

No comments:

Post a Comment

setelah selesai membaca tolong dikomentari yah..... makasih